Eiji
Toyoda (lahir
1913) adalah mantan direktur Toyota Motor Company. Bisnis
keluarga yang
dijalankannya membuat perubahan revolusioner dalam cara sebuah mobil
dibuat.
Eiji
Toyoda, pria yang berada di kursi pengemudi Toyota
Motor Company selama
25 tahun, hampir tidak dikenal di luar Toyota City, Jepang, markas
dari “perusahaan yang menghentikan Detroit,” menurut New York
Times. Tapi seperti hari-hari terakhir Henry Ford, Toyoda akhirnya
mengukir namanya pada industri otomotif dunia. Dia tidak hanya
memimpin perubahan revolusioner bagaimana cara mobil dibuat, ia
melihat bisnis keluarganya menjadi perusahaan raksasa dalam pasar
ekspor dunia dan telah menjalin kemitraan dengan rival utamanya,
General Motors
Corporation. Meskipun
ia mengundurkan diri dari posisinya sebagai direktur pada tahun 1994,
ia terus menyandang gelar “jabatan kehormatan” perusahaan.
Apa
yang dicapai Toyoda untuk Toyota Motor adalah sukses luar biasa yang
pada masa itu pembuat mobil Detroit (USA) mobil malah sedang berjuang
untuk tetap meraup keuntungan. Toyota, pembuat mobil nomor satu
Jepang, menciptaka ombak pasang, mobil kecil murah yang menyapu
Amerika Serikat setelah krisis energi berturut-turut di pertengahan
dan akhir 1970-an. Marah dengan invasi impor Jepang, rival Toyoda di
Ford Motor Company, yang nantinya direktur, Henry Ford II, bersumpah,
“Kita akan mendorong mereka kembali ke pantai.” Hal itu tidak
pernah terjadi. Sebaliknya, Ford dan para petingginya berbalik ke
Toyota untuk menegosiasikan kemungkinan kerjasama di Amerika Serikat
– upaya gagal yang mendahului kesepakatan bersejarah dengan GM pada
tahun 1983 untuk bersama-sama memproduksi mobil compact Toyota di
pabrik GM di Fremont.
Banyak
cerita bermunculan selama bertahun-tahun mengenai mengapa perusahaan
mobil bernama Toyota bukan Toyoda. Sebuah artikel Business Week
mengklaim bahwa keluarga berkonsultasi dengan ahli angka pada tahun
1937 sebelum mendirikan pabrik otomotif pertamanya: “Delapan adalah
angka keberuntungan mereka, ia menyarankan. Demikianlah, mereka
mengubah nama perusahaan mereka menjadi Toyota, yang dibutuhkan
delapan goresan kaligrafi, yang sebelumnya sepuluh goresan. Benar
saja, sekarang Toyota Motor Corp tidak hanya segera menjadi yang
terbesar dan perusahaan mobil paling sukses di Jepang, tetapi juga
salah satu perusahaan yang paling fenomenal dalam hal keuntungan di
dunia. “Tapi New York Times mencatat bahwa keluarga mengubah
ejaannya pada tahun 1930 karena “diyakini bahwa suara [dari nama
baru] terdengar lebih baik di telinga orang Jepang.”
Toyoda
bersaudara membawa perusahaan mereka ke sebuah tahun rekor pada tahun
1984. Toyota menjual penjualan tertinggi sepangjang masa sekitar 1,7
juta mobil di Jepang dan jumlah yang sama di luar negeri. Keuntungan
memuncak pada $ 2,1 trilyun untuk tahun fiskal yang berakhir 31 Maret
1985. Sementara performa ini pastinya akan membuat nama Toyota
tertulis dalam buku sejarah otomotif, Eiji Toyoda dan perusahaannya
mungkin akan lebih baik diingat untuk gaya manajemen yang khas yang
telah disalin oleh ratusan perusahaan Jepang dan mendapatkan
penerimaan yang terus tumbuh di Amerika Serikat. Pendekatan Toyota,
diadopsi pada sepuluh pabrik Jepangnya dan 24 cabang di 17 negara,
memiliki tiga tujuan utama: Menjaga persediaan seminimum mungkin
melalui sistem yang disebut kanban, atau “tepat pada waktunya,”
menjamin bahwa setiap langkah dari proses perakitan dilakukan dengan
benar pertama kalinya, dan pemotongan jumlah tenaga kerja manusia
yang masuk ke dalam setiap mobil.
Meskipun
dominasi robot dan otomatisasi di Toyota, perusahaan secara tegas
percaya pada prinsip pekerjaan seumur hidup; pekerja yang terlantar
tidak dipecat, tetapi sering dipindahkan ke pekerjaan lain. Toyoda
yakin hari ketika robot benar-benar mengganti manusia adalah masih
lama. Dia mengatakan kepada The Wheel Extended: “Pada tahap saat
ini, ada perbedaan besar antara manusia dan robot dibandingkan antara
mobil dan awan magis. Robot belum bisa berjalan. Mereka duduk di satu
tempat dan melakukan persis seperti yang diprogram. Tapi itu saja.
Tidak meungkin robot dapat menggantikan semua pekerjaan manusia.”
Karena
filsafat semacam itu, tidak mengherankan bahwa loyalitas perusahaan
begitu tinggi. 60.000 karyawan Toyota di Jepang, misalnya, didorong
untuk memberikan saran pemotongan biaya produksi, sebuah ide yang
Eiji Toyoda pinjam dari Ford setelah kunjungan pertamanya ke Amerika
Serikat. Sejak sistem ini dimulai pada tahun 1951, puluhan juta saran
telah membanjiri kantor-kantor eksekutif. “Orang Jepang,” Toyoda
menegaskan, “unggul dalam hal memperbaiki segala sesuatu.”
Semoga
kisah inspiratif Eiji Toyoda dapat menginspirasi Anda!
No comments:
Post a Comment