Thursday, 21 March 2013

Sukses Toyota Motor, Eiji Toyoda Ahlinya

Eiji Toyoda (lahir 1913) adalah mantan direktur Toyota Motor Company. Bisnis keluarga yang dijalankannya membuat perubahan revolusioner dalam cara sebuah mobil dibuat.
Eiji Toyoda, pria yang berada di kursi pengemudi Toyota Motor Company selama 25 tahun, hampir tidak dikenal di luar Toyota City, Jepang, markas dari “perusahaan yang menghentikan Detroit,” menurut New York Times. Tapi seperti hari-hari terakhir Henry Ford, Toyoda akhirnya mengukir namanya pada industri otomotif dunia. Dia tidak hanya memimpin perubahan revolusioner bagaimana cara mobil dibuat, ia melihat bisnis keluarganya menjadi perusahaan raksasa dalam pasar ekspor dunia dan telah menjalin kemitraan dengan rival utamanya, General Motors Corporation. Meskipun ia mengundurkan diri dari posisinya sebagai direktur pada tahun 1994, ia terus menyandang gelar “jabatan kehormatan” perusahaan.
Apa yang dicapai Toyoda untuk Toyota Motor adalah sukses luar biasa yang pada masa itu pembuat mobil Detroit (USA) mobil malah sedang berjuang untuk tetap meraup keuntungan. Toyota, pembuat mobil nomor satu Jepang, menciptaka ombak pasang, mobil kecil murah yang menyapu Amerika Serikat setelah krisis energi berturut-turut di pertengahan dan akhir 1970-an. Marah dengan invasi impor Jepang, rival Toyoda di Ford Motor Company, yang nantinya direktur, Henry Ford II, bersumpah, “Kita akan mendorong mereka kembali ke pantai.” Hal itu tidak pernah terjadi. Sebaliknya, Ford dan para petingginya berbalik ke Toyota untuk menegosiasikan kemungkinan kerjasama di Amerika Serikat – upaya gagal yang mendahului kesepakatan bersejarah dengan GM pada tahun 1983 untuk bersama-sama memproduksi mobil compact Toyota di pabrik GM di Fremont.
Banyak cerita bermunculan selama bertahun-tahun mengenai mengapa perusahaan mobil bernama Toyota bukan Toyoda. Sebuah artikel Business Week mengklaim bahwa keluarga berkonsultasi dengan ahli angka pada tahun 1937 sebelum mendirikan pabrik otomotif pertamanya: “Delapan adalah angka keberuntungan mereka, ia menyarankan. Demikianlah, mereka mengubah nama perusahaan mereka menjadi Toyota, yang dibutuhkan delapan goresan kaligrafi, yang sebelumnya sepuluh goresan. Benar saja, sekarang Toyota Motor Corp tidak hanya segera menjadi yang terbesar dan perusahaan mobil paling sukses di Jepang, tetapi juga salah satu perusahaan yang paling fenomenal dalam hal keuntungan di dunia. “Tapi New York Times mencatat bahwa keluarga mengubah ejaannya pada tahun 1930 karena “diyakini bahwa suara [dari nama baru] terdengar lebih baik di telinga orang Jepang.”
Toyoda bersaudara membawa perusahaan mereka ke sebuah tahun rekor pada tahun 1984. Toyota menjual penjualan tertinggi sepangjang masa sekitar 1,7 juta mobil di Jepang dan jumlah yang sama di luar negeri. Keuntungan memuncak pada $ 2,1 trilyun untuk tahun fiskal yang berakhir 31 Maret 1985. Sementara performa ini pastinya akan membuat nama Toyota tertulis dalam buku sejarah otomotif, Eiji Toyoda dan perusahaannya mungkin akan lebih baik diingat untuk gaya manajemen yang khas yang telah disalin oleh ratusan perusahaan Jepang dan mendapatkan penerimaan yang terus tumbuh di Amerika Serikat. Pendekatan Toyota, diadopsi pada sepuluh pabrik Jepangnya dan 24 cabang di 17 negara, memiliki tiga tujuan utama: Menjaga persediaan seminimum mungkin melalui sistem yang disebut kanban, atau “tepat pada waktunya,” menjamin bahwa setiap langkah dari proses perakitan dilakukan dengan benar pertama kalinya, dan pemotongan jumlah tenaga kerja manusia yang masuk ke dalam setiap mobil.
Meskipun dominasi robot dan otomatisasi di Toyota, perusahaan secara tegas percaya pada prinsip pekerjaan seumur hidup; pekerja yang terlantar tidak dipecat, tetapi sering dipindahkan ke pekerjaan lain. Toyoda yakin hari ketika robot benar-benar mengganti manusia adalah masih lama. Dia mengatakan kepada The Wheel Extended: “Pada tahap saat ini, ada perbedaan besar antara manusia dan robot dibandingkan antara mobil dan awan magis. Robot belum bisa berjalan. Mereka duduk di satu tempat dan melakukan persis seperti yang diprogram. Tapi itu saja. Tidak meungkin robot dapat menggantikan semua pekerjaan manusia.”
Karena filsafat semacam itu, tidak mengherankan bahwa loyalitas perusahaan begitu tinggi. 60.000 karyawan Toyota di Jepang, misalnya, didorong untuk memberikan saran pemotongan biaya produksi, sebuah ide yang Eiji Toyoda pinjam dari Ford setelah kunjungan pertamanya ke Amerika Serikat. Sejak sistem ini dimulai pada tahun 1951, puluhan juta saran telah membanjiri kantor-kantor eksekutif. “Orang Jepang,” Toyoda menegaskan, “unggul dalam hal memperbaiki segala sesuatu.”
Semoga kisah inspiratif Eiji Toyoda dapat menginspirasi Anda!


No comments:

Post a Comment