Siapa
yang tidak tahu bimbingan belajar Primagama? Bisnis yang dimulai
tanggal 10
Maret 1982, yakni Lembaga Bimbingan Test Primagama yang kemudian
menjadi bimbingan belajar, didirikan oleh Purdi E. Chandra, seorang
pemuda yang Kuliah di 4 jurusan yang berbeda, Psikologi, Elektro,
Sastra Inggris dan Farmasi di Universitas Gajah Mada (UGM) dan IKIP
Yogya, sudah membuktikan kecemerlangan otak Purdi. Hanya saja ia
merasa tidak mendapatkan apa-apa dengan pola kuliah yang menurutnya
membosankan. Ia yakin, gagal meraih gelar sarjana bukan berarti gagal
meraih cita-cita. Purdi muda yang penuh cita–cita dan idealisme ini
pun nekad meninggalkan bangku kuliah dan mulai serius untuk
berbisnis.
Langkah
Purdi tidaklah mudah. Diawal pendirian tempat bimbingan belajar,
Purdi hanya menyewa sebuah tempat kecil yang ia sekat menjadi dua,
siswanya pun hanya 2 orang dengan biaya yang sangat murah. Dengan
usaha dan kegigihan yang kuat, dalam kurun waktu dua tahun, Primagama
mulai dikenal dan muridnya semakin banyak. Berbagai metode dan cara
berbisnis ia terapkan untuk memajukan usahanya. Purdi mengungkapkan
bahwa rahasia
sukses mengembangkan Bimbel Primagama yaitu adanya program jaminan
diri, dimana tiap siswa yang mengikuti bimbel ini pasti diterima di
Universitas Negeri, jika tidak uang kembali.Selain
itu, strategi Purdi adalah ex. murid-murid
yang pintar diangkat jadi pengajar. Dikarenakan yang membimbing
pintar, maka 90% bisa lulus ujian masuk perguruan tinggi negeri.
Dengan “jatuh bangun” Purdi menjalankan Primagama.
Dari
semula hanya 1 outlet dengan hanya 2 murid, Primagama sedikit demi
sedikit berkembang. Kini murid Primagama sudah menjadi lebih dari 100
ribu orang per-tahun, dengan ratusan outlet di ratusan kota di
Indonesia. Karena perkembangan itu Primagama ahirnya dikukuhkan
sebagai Bimbingan Belajar Terbesar di Indonesia oleh MURI (Museum
Rekor Indonesia).
Mengenai bisnisnya, Purdi mengaku banyak belajar dari ibunya. Sementara untuk masalah kepemimpinan dan organisasi, sang ayahlah yang lebih banyak memberi bimbingan dan arahan. Bekal dari kedua orang tua Purdi tersebut semakin lengkap dengan dukungan penuh sang Istri Triningsih Kusuma Astuti dan kedua putranya Fesha maupun Zidan. Pada awal-awal berdirinya Primagama, Purdi selalu ditemani sang istri untuk berkeliling kota di seluruh Indonesia membuka cabang-cabang Primagama. Dan atas bantuan istrinya pula usaha tersebut makin berkembang.
Mengenai bisnisnya, Purdi mengaku banyak belajar dari ibunya. Sementara untuk masalah kepemimpinan dan organisasi, sang ayahlah yang lebih banyak memberi bimbingan dan arahan. Bekal dari kedua orang tua Purdi tersebut semakin lengkap dengan dukungan penuh sang Istri Triningsih Kusuma Astuti dan kedua putranya Fesha maupun Zidan. Pada awal-awal berdirinya Primagama, Purdi selalu ditemani sang istri untuk berkeliling kota di seluruh Indonesia membuka cabang-cabang Primagama. Dan atas bantuan istrinya pula usaha tersebut makin berkembang.
Setelah
sukses membuat Primagama beromset hampir 70 milyar per tahun, dengan
200 outlet di lebih dari 106 kota, kini Primagama sudah menjadi
Holding Company yang membawahi lebih dari 20 anak perusahaan yang
bergerak di berbagai bidang seperti: Pendidikan Formal, Pendidikan
Non-Formal, Telekomunikasi, Biro Perjalanan, Rumah Makan,
Supermarket, Asuransi, Meubelair, Lapangan Golf dan lain sebagainya.
Apakah
setelah menjadi pengusaha sukses lantas Purdi berhenti berkarya?
Tentu saja tidak. Purdi tetap aktif diberbagai organisasi. Selain
itu, ia juga menjadi seorang penulis buku ‘Cara Gila Menjadi
Pengusaha’ dan seorang motivator.
Semoga
kisah Purdi ini dapat kita jadikan bahan pembelajaran dan pengalaman
kita untuk memulai usaha dan bisnis semenjak muda. Batasan pendidikan
tidak melulu menjadi penghalang kesuksesan seorang. Dan hal ini sudah
terbukti di banyak kasus. Tetap berkarya, sukses selalu. Terima
kasih.
No comments:
Post a Comment