Monday 6 May 2013

Siapa Dibalik Primagama ?


Siapa yang tidak tahu bimbingan belajar Primagama? Bisnis yang dimulai tanggal 10 Maret 1982, yakni Lembaga Bimbingan Test Primagama yang kemudian menjadi bimbingan belajar, didirikan oleh Purdi E. Chandra, seorang pemuda yang Kuliah di 4 jurusan yang berbeda, Psikologi, Elektro, Sastra Inggris dan Farmasi di Universitas Gajah Mada (UGM) dan IKIP Yogya, sudah membuktikan kecemerlangan otak Purdi. Hanya saja ia merasa tidak mendapatkan apa-apa dengan pola kuliah yang menurutnya membosankan. Ia yakin, gagal meraih gelar sarjana bukan berarti gagal meraih cita-cita. Purdi muda yang penuh cita–cita dan idealisme ini pun nekad meninggalkan bangku kuliah dan mulai serius untuk berbisnis.

Langkah Purdi tidaklah mudah. Diawal pendirian tempat bimbingan belajar, Purdi hanya menyewa sebuah tempat kecil yang ia sekat menjadi dua, siswanya pun hanya 2 orang dengan biaya yang sangat murah. Dengan usaha dan kegigihan yang kuat, dalam kurun waktu dua tahun, Primagama mulai dikenal dan muridnya semakin banyak. Berbagai metode dan cara berbisnis ia terapkan untuk memajukan usahanya. Purdi mengungkapkan bahwa rahasia sukses mengembangkan Bimbel Primagama yaitu adanya program jaminan diri, dimana tiap siswa yang mengikuti bimbel ini pasti diterima di Universitas Negeri, jika tidak uang kembali.Selain itu, strategi Purdi adalah ex. murid-murid yang pintar diangkat jadi pengajar. Dikarenakan yang membimbing pintar, maka 90% bisa lulus ujian masuk perguruan tinggi negeri. Dengan “jatuh bangun” Purdi menjalankan Primagama. 
 
Dari semula hanya 1 outlet dengan hanya 2 murid, Primagama sedikit demi sedikit berkembang. Kini murid Primagama sudah menjadi lebih dari 100 ribu orang per-tahun, dengan ratusan outlet di ratusan kota di Indonesia. Karena perkembangan itu Primagama ahirnya dikukuhkan sebagai Bimbingan Belajar Terbesar di Indonesia oleh MURI (Museum Rekor Indonesia).

Mengenai bisnisnya, Purdi mengaku banyak belajar dari ibunya. Sementara untuk masalah kepemimpinan dan organisasi, sang ayahlah yang lebih banyak memberi bimbingan dan arahan. Bekal dari kedua orang tua Purdi tersebut semakin lengkap dengan dukungan penuh sang Istri Triningsih Kusuma Astuti dan kedua putranya Fesha maupun Zidan. Pada awal-awal berdirinya Primagama, Purdi selalu ditemani sang istri untuk berkeliling kota di seluruh Indonesia membuka cabang-cabang Primagama. Dan atas bantuan istrinya pula usaha tersebut makin berkembang.

Setelah sukses membuat Primagama beromset hampir 70 milyar per tahun, dengan 200 outlet di lebih dari 106 kota, kini Primagama sudah menjadi Holding Company yang membawahi lebih dari 20 anak perusahaan yang bergerak di berbagai bidang seperti: Pendidikan Formal, Pendidikan Non-Formal, Telekomunikasi, Biro Perjalanan, Rumah Makan, Supermarket, Asuransi, Meubelair, Lapangan Golf dan lain sebagainya.

Apakah setelah menjadi pengusaha sukses lantas Purdi berhenti berkarya? Tentu saja tidak. Purdi tetap aktif diberbagai organisasi. Selain itu, ia juga menjadi seorang penulis buku ‘Cara Gila Menjadi Pengusaha’ dan seorang motivator.

Semoga kisah Purdi ini dapat kita jadikan bahan pembelajaran dan pengalaman kita untuk memulai usaha dan bisnis semenjak muda. Batasan pendidikan tidak melulu menjadi penghalang kesuksesan seorang. Dan hal ini sudah terbukti di banyak kasus. Tetap berkarya, sukses selalu. Terima kasih.

No comments:

Post a Comment